ARTICLE AD BOX
Perbekel I Made Sada menuturkan, Desa Dangin Puri (Dangri) Kelod sedang menyelenggarakan Lomba Balita Sehat yang diikuti puluhan anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) dan bawah dua tahun (baduta). Mereka adalah anak-anak paling sehat dari enam banjar di Dangri Kelod.
“Memang lomba balita, tetapi para ibu juga terlibat. Tujuan utamanya agar para orangtua memiliki kesadaran akan tumbuh kembang dan kesehatan buah hatinya,” tutur Sada kepada NusaBali.com, Rabu pagi.
Sebelum dilombakan di tingkat desa, Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu) Ibu dan Anak di masing-masing banjar melakukan seleksi balita sehat. Seleksi awal dilakukan melalui penilaian data tumbuh kembang anak seperti tinggi, berat, gizi, dan lainnya yang terekam di Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dari proses seleksi tersebut, sebanyak 14 balita dan 12 baduta hadir pada Lomba Balita Sehat di Kantor Desa Dangri Kelod, Rabu pagi. Masing-masing kategori yakni balita dan baduta akan menghasilkan para duta balita sehat.
Seleksi di tingkat desa ini dilakukan dengan hati-hati melibatkan dokter dan ahli menyesuaikan kriteria balita sehat Posyandu. Dokter umum, dokter gigi, ahli gizi, dan bidan menjadi juri balita dan baduta sehat sekaligus memberi masukan pola asuh kepada orangtua.
“Orangtuanya juga ikut dinilai. Karena orangtua itu harus tahu bagaimana menjaga tumbuh kembang buah hati agar tetap sehat, tidak sibuk kerja saja,” beber Sada.
Para orangtua, terutama ibu, diwawancarai oleh juri. Salah satu penilaian dilakukan dengan melempar pertanyaan praktikal seperti cara menjaga berat badan anak. Atau, ketika berat badan anak turun, apa yang harus dilakukan. Setelahnya, juri juga membagikan cara-cara yang dianjurkan.
Meski bersifat kompetisi, para ibu yang buah hatinya mengikuti Lomba Balita Sehat lebih termotivasi dengan pengetahuan yang didapat dari acara ini. Seperti Ni Wayan Aryaningsih, ibu asal Banjar Yangbatu Kauh yang mengaku lebih tertarik dengan ilmu yang dibagikan juri daripada mengincar predikat juara.
“Saya termotivasi karena bisa mendapat edukasi mengenai anak, khususnya soal pencegahan stunting. Wawasan saya jadi bertambah,” beber Aryaningsih yang buah hatinya berkompetisi di kategori baduta sehat.
Perbekel Sada menjelaskan bahwa Lomba Balita Sehat ini merupakan rangkaian dari program-program menekan angka stunting. Hal ini dimulai dari program pendidikan catin (calon pengantin), 1.000 HPK (hari pertama kehidupan), sampai Lomba Balita Sehat ini.
“Data terakhir, di desa kami, ada belasan warga yang mengalami stunting. Namun, data ini terus berubah-ubah karena penduduk kami yang heterogen dan adanya perpindahan penduduk yang dinamis,” ungkap Sada.
Sementara itu, pemenang Lomba Balita Sehat baik di kategori balita dan baduta akan mewakili Desa Dangri Kelod untuk mengikuti seleksi lagi di Kecamatan Denpasar Timur sebelum berlomba di level kota. Desa juga menghadiahi uang tunai, piala, dan piagam bagi tiga terbaik Lomba Balita Sehat.
Juara I memperoleh Rp 1,5 juta, Juara II mendapat Rp 1,25 juta, dan Juara III dihadiahi Rp 1 juta. Para juara Lomba Balita Sehat ini baik ibu dan anak diharapkan menjadi duta dan teladan balita sehat di Desa Dangri Kelod untuk melawan stunting. *rat
“Memang lomba balita, tetapi para ibu juga terlibat. Tujuan utamanya agar para orangtua memiliki kesadaran akan tumbuh kembang dan kesehatan buah hatinya,” tutur Sada kepada NusaBali.com, Rabu pagi.
Sebelum dilombakan di tingkat desa, Pusat Pelayanan Terpadu (Posyandu) Ibu dan Anak di masing-masing banjar melakukan seleksi balita sehat. Seleksi awal dilakukan melalui penilaian data tumbuh kembang anak seperti tinggi, berat, gizi, dan lainnya yang terekam di Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dari proses seleksi tersebut, sebanyak 14 balita dan 12 baduta hadir pada Lomba Balita Sehat di Kantor Desa Dangri Kelod, Rabu pagi. Masing-masing kategori yakni balita dan baduta akan menghasilkan para duta balita sehat.
Seleksi di tingkat desa ini dilakukan dengan hati-hati melibatkan dokter dan ahli menyesuaikan kriteria balita sehat Posyandu. Dokter umum, dokter gigi, ahli gizi, dan bidan menjadi juri balita dan baduta sehat sekaligus memberi masukan pola asuh kepada orangtua.
“Orangtuanya juga ikut dinilai. Karena orangtua itu harus tahu bagaimana menjaga tumbuh kembang buah hati agar tetap sehat, tidak sibuk kerja saja,” beber Sada.
Para orangtua, terutama ibu, diwawancarai oleh juri. Salah satu penilaian dilakukan dengan melempar pertanyaan praktikal seperti cara menjaga berat badan anak. Atau, ketika berat badan anak turun, apa yang harus dilakukan. Setelahnya, juri juga membagikan cara-cara yang dianjurkan.
Meski bersifat kompetisi, para ibu yang buah hatinya mengikuti Lomba Balita Sehat lebih termotivasi dengan pengetahuan yang didapat dari acara ini. Seperti Ni Wayan Aryaningsih, ibu asal Banjar Yangbatu Kauh yang mengaku lebih tertarik dengan ilmu yang dibagikan juri daripada mengincar predikat juara.
“Saya termotivasi karena bisa mendapat edukasi mengenai anak, khususnya soal pencegahan stunting. Wawasan saya jadi bertambah,” beber Aryaningsih yang buah hatinya berkompetisi di kategori baduta sehat.
Perbekel Sada menjelaskan bahwa Lomba Balita Sehat ini merupakan rangkaian dari program-program menekan angka stunting. Hal ini dimulai dari program pendidikan catin (calon pengantin), 1.000 HPK (hari pertama kehidupan), sampai Lomba Balita Sehat ini.
“Data terakhir, di desa kami, ada belasan warga yang mengalami stunting. Namun, data ini terus berubah-ubah karena penduduk kami yang heterogen dan adanya perpindahan penduduk yang dinamis,” ungkap Sada.
Sementara itu, pemenang Lomba Balita Sehat baik di kategori balita dan baduta akan mewakili Desa Dangri Kelod untuk mengikuti seleksi lagi di Kecamatan Denpasar Timur sebelum berlomba di level kota. Desa juga menghadiahi uang tunai, piala, dan piagam bagi tiga terbaik Lomba Balita Sehat.
Juara I memperoleh Rp 1,5 juta, Juara II mendapat Rp 1,25 juta, dan Juara III dihadiahi Rp 1 juta. Para juara Lomba Balita Sehat ini baik ibu dan anak diharapkan menjadi duta dan teladan balita sehat di Desa Dangri Kelod untuk melawan stunting. *rat