Jaga Pawai Ogoh-Ogoh Sesuai Dresta, Nanoe Biroe Rilis ‘Ngerupuk Suba Paek’

21 hours ago 3
ARTICLE AD BOX
Visual pawai ogoh-ogoh dengan iringan tabuh balaganjur di Catur Muka, Denpasar membuka track berdurasi tiga menit lebih yang dikemas nuansa rock khas Nanoe Biroe. Hal ini mempertegas pesan yang ingin disampaikan musisi bernama lahir I Made Murdita lewat lagu anyarnya ini.

Murdita menjelaskan bahwa ‘Ngerupuk Suba Paek’ berawal dari keresahannya melihat pawai ogoh-ogoh di Catur Muka saat pangerupukan tahun 2024 lalu yang dinodai penggunaan sound system jumbo alias sound horeg. Di samping itu, musik yang disetel juga tidak mencerminkan dresta Bali.

“Sampai istri tiang (saya) di Catur Muka minta digendong untuk naik bilang, ‘Kampungan!’ Mengajak yang lain agar Catur Muka tidak dinodai dengan sound system yang gede-gede,” ungkap Murdita, dikutip dari kanal YouTube nanoe Biroe, Selasa (11/3/2025).

Untuk itu, ‘Ngerupuk Suba Paek’ ini menjadi wadah kampanye mengajak generasi muda Bali merayakan pangerupukan sesuai tradisi. Sebab, kata Murdita, pangerupukan adalah sebuah yadnya dan pelengkap tawur kasanga yang harus dilaksanakan sesuai dresta.

Di dalam video klip, suara dan aktivitas anak-anak dari Sanggar Seni Kebo Iwa sedang belajar tabuh balaganjur dan koreografi pawai dijadikan premis cerita. Di dalam track, juga terdapat lirik yang gamblang menyerukan, ‘No sound system!’ secara berulang.

Murdita tidak menafikan bahwa ‘Ngerupuk Suba Paek’ adalah kampanye untuk mendukung Perda Kota Denpasar Nomor 9 Tahun 2024 tentang Pelestarian Ogoh-Ogoh. Di dalamnya diatur pelarangan penggunaan sound system saat pangerupukan.

“Ketika tadi mendengar audio dan videonya jadi terharu bahwa ini adalah kampanye kami yang tulus untuk mengajak nyama (saudara) ikut ngerupuk, pawai ogoh-ogoh tanpa sound system. Karena idealnya, bagi titiang, pasangan ogoh-ogoh adalah gamelan yang mengiringi,” tegas Murdita.

Meski begitu, Murdita menegaskan bahwa sebagai musisi, ia tidak anti sound system yang dipakainya setiap hari. Begitu pula genre-genre musik, termasuk House sampai Koplo yang sempat disetel oknum yowana di Catur Muka ketika malam Nyepi Tahun 1946 Saka, tahun lalu.

Hanya saja, Murdita menilai bukan tempatnya menyetel sound system apalagi dengan musik tidak sesuai dresta Bali saat pawai ogoh-ogoh untuk menetralisir energi bhuta kala. “Ini konteksnya pangerupukan, menyambut Nyepi, Tahun Baru saka,” imbuh Murdita.

Musisi asal Peguyangan, Denpasar ini berharap sekaa teruna/yowana yang belum memiliki perangkat balaganjur bisa dikondisikan dengan banjar terdekat yang memiliki. Atau, memakai alternatif alat musik sederhana lain yang tidak menyimpang dari dresta Bali.

Sementara itu, ‘Ngerupuk Suba Paek’ ini dibawakan Nanoe Biroe secara full band. Kata Murdita, lagu ini hanya digarap dalam sepekan secara jarak jauh. Perekaman dilakukan di dua studio di Denpasar yakni Studio Niat miliknya di Peguyangan dan Rock The Beat di Kesiman.

Selain vokal khas Nanoe Biroe, suara merdu Adis di back vocal memperkuat pesan yang disampaikan ‘Ngerupuk Suba Paek.’ Dua pesan utama yang ingin disampaikan yakni menjaga taksu pangerupukan dan menyemangati yowana yang sedang menggarap ogoh-ogoh dan tabuh pengiringnya.

Hingga Selasa sore, video klip yang dirilis pada kanal YouTube nanoe Biroe sudah ditonton sebanyak 42.839 kali. Sedikitnya, tercatat 965 komentar positif yang mendukung pesan yang tersirat di dalam lagu berbahasa Bali tersebut. *rat
Read Entire Article